PT Pupuk Indonesia (Persero) akan segera membangun pabrik pupuk Pusri IIIB untuk meningkatkan daya saing dan menjaga ketersediaan pupuk nasional. Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi mengatakan, Pupuk Indonesia memiliki komitmen kuat dalam mendukung ketersediaan pupuk dan ketahanan pangan nasional. Pabrik yang berlokasi di Palembang ini akan dioperasikan oleh salah satu anak usaha Pupuk Indonesia, yaitu PT Pusri Palembang.
Selain itu, penggunaan teknologi baru akan diterapkan dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi konsumsi bahan baku dan energi. Sehingga menjamin daya saing produk dan keandalan produksi pupuk. “Salah satu upaya Perusahaan meningkatkan efisiensi adalah melalui revitalisasi pabrik pupuk untuk menurunkan konsumsi bahan baku dan konsumsi energi dengan menggantikan pabrik yang sudah tua dengan pabrik baru yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan," ucap Rahmat dalam keterangannya dikutip, Sabtu (14/10/2023). "Pusri IIIB dibangun dengan tujuan untuk menggantikan pabrik Pusri III dan Pusri IV yang sudah cukup tua usianya,” sambungnya.
Pengamat Militer Ungkap Alasan Roket Hamas Berhasil Tembus Pertahanan Kubah Besi Israel Jadwal Liga Inggris Pekan 22 Tayang SCTV dan Moji, Man City, Man United, Liverpool, Arsenal, Chelsea Connie Bakrie Blak blakan Soal Bunker di Al Zaytun, Sempat Masuk Lewat Bawah dan Kaget Lihat Isinya
Jurgen Klopp Resmi Tinggalkan Liverpool, Xabi Alonso dan Lima Kemungkinan Pengganti Pelatih The Reds Bu Kades Ngamuk Ayam Rp4,5 Juta Dicuri, Mbah Suyatno Tempuh Jalur Hukum: Diberi Rp1 M Pun Tak Kuakui Halaman 4 Pabrik Pusri IIIB disebut sebut nantinya akan mampu mengurangi emisi hingga 300 ribu ton CO2 per tahun.
Pabrik Pusri IIIB memiliki kapasitas produksi amonia 445.500 ton per tahun dan pupuk urea 907.500 ton per tahun. Dari sisi penggunaan energi, Pabrik Pusri IIIB menggunakan teknologi low energy dengan rasio konsumsi energi untuk produksi urea sebesar 22 MMBTU per ton dan amonia 32,89 MMBTU per ton. Estimasi nilai investasi proyek Pusri IIIB sendiri adalah sebesar Rp 10,5 triliun (termasuk owner cost) dengan masa konstruksi sekitar 40 bulan.
Proyek ini diharapkan sudah dapat beroperasi secara komersial pada tahun 2027. Pendanaan proyek berasal dari kredit sindikasi investasi perbankan yang terdiri dari 8 perbankan nasional dengan Bank BNI sebagai agen fasilitas dan Bank Mandiri sebagai agen jaminan. “Saat ini Pupuk Indonesia menempati peringkat 6 (enam) perusahaan pupuk di dunia. Dengan meningkatnya efisiensi, kami tentunya berharap bisa menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi, termasuk bersaing di pasar regional dan internasional,” pungkas Rahmad.